tatkala saya kembali berbicara, mengenai dia, saya bertanya kepada diri, di mana untungnya? dia, yang hanya muncul seketika, dan pergi buat selamanya, yang takkan menjadi milik saya, di mana baiknya? di mana baiknya saya berbicara mengenai dia? menambahkan dosa? memberinya pahala? menunggu atau melepaskan? mengapa mesti saya menunggu? seseorang yang bakal mendirikan rumah tangga? di mana rasional akal ini tatkala masih memilih untuk menunggu? melepaskan itu lebih baik apa yang saya inginkan, belum tentu saya milik, apa yang telah Allah tuliskan, itu dinamakan rezeki, tapi ketahuilah, diri ini hanya manusia biasa, yang membawa pergi hati saya, setelah empat tahun dijaga, jelas, hati yang dijaga itu hanya sampah, yang boleh dirobek sesuka hati, kerna diri ini bukan malaikat, sakitnya masih terasa, malah, penat itu lebih berat, sehingga saya terasa ingin berputus asa, ingin dibunuh rasa ini, saya dah tak ingin berbicara mengenai dia, hanya menamb...
..mana mungkin lahirnya bayangan yang lurus elok jika datangnya dari kayu yang bengkok..